Jumat, 10 Desember 2021

Strategi Menangkal Hoaks

Resume pertemuan 5

Narasumber: Heni Mulyati, M. Pd. 

Moderator: Muliadi

Penulis: Saiful Basroni

Materi: Strategi Menangkal Hoaks


Apa itu Hoaks? 

Menurut Wikipedia hoaks atau berita bohong merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar. Hal ini berbeda dengan rumor, ilmu semua atau berita palsu. Tujuan berita bohong adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman dan kebingungan. 

Pada pertemuan ke 5 ini, kita ditemani narasumber hebat kelahiran cilacap. Berikut cv lengkap dari narasumber.





Narasumber pada pertemuan ke 5 tersebut, berkolaborasi dengan moderator jebolan kelas menulis bersama PGRI besutan Om Jay gelombang 19. Beliau adalah Bapak Muliadi. Pada pelatihan kelas menulis beliau merupakan ketua kelas gelombang 19. Materi pada hari ini adalah strategi menangkal hoaks.

Kehadiran teknologi digital disatu sisi menaruh kebermanfaatan pada banyak sekali sektor kehidupan. Kemajuan didunia industri digital sudah membawa peradaban insan berkembang demikian pesat. Kehidupan bermasyarakat pun semakin terbuka. Informasi begitu mudahnya bisa di akses siapa pun, dimana pun, & kapan pun. Informasi bukan barang langka. Narasumber mengatakan, bahwa dulu dizaman beliau mahasiswa, terdapat satu ungkapan "siapa yang menguasai warta, beliau menguasai dunia". Pada waktu itu, akses terhadap warta tertentu hanya milik orang-orang tertentu pula. Informasi sebagai barang yang berharga. Saat ini warta demikian terbuka, siapa saja sanggup memperoleh warta dengan gampang. Tetapi tantangannya, tidak seluruh warta yang tersedia adalah warta yang sahih. Bahkan tak jarang warta yang sahih wajib "bertarung" dengan warta yg tidak sahih alias "Hoaks". Batas sahih & keliru menjadi sangat tipis, lantaran hampir-hampir kita tidak bisa membedakan mana warta hoaks & bukan hoaks. 
Informasi hoaks itu sangat berbahaya. Narasumber mengungkapkan, warta hoaks bisa membangun perpecahan, menurunkan reputasi seorang, menyebabkan opini negatif, menyebabkan keraguan terhadap liputan (mengaburkan liputan), & tentu saja sangat merugikan warga. Oleh karena itu, kita wajib berusaha menghindari warta hoaks. Bagaimana caranya? Penasaran? Mari baca goresan pena ini hingga tuntas. 

Narasumber akan membahas tiga hal :
1. Membahas mengenai perkembangan era digital & banjir warta.
2. Mengenai hoaks, motif, jenis, karakteristik, & dampaknya.
3. Membahas mengenai tips periksa liputan secara singkat.

Mari kita nostalgia ke era internet belum ditemukan. Media berita waktu itu sangat terbatas. Ada TV, radio, & koran cetak. Saya pernah mengalami pula bagaimana antrinya telepon pada wartel atau telepon menggunakan telepon umum koin. Dulu berkirim surat lewat pak pos & menunggu berhari-hari balasannya.
Ini dulu..... kini ......
Semua berubah. Siapa pun sanggup menjadi pembuat, penyebar, & pengguna warta. Dulu jika nonton acara, setel TV, belum masuk listrik. Kalau mau nonton TV wajib gunakan AKI. Itu pun menumpang pada tetangga.
Sekarang, seluruh saluran TV apa pun terdapat pada genggaman. Bahkan banyak pula sosok-sosok sebagai milyarder lantaran mempunya channel Youtube sendiri. Perubahan teknologi pula berdampak dalam masifnya warta yang diterima.
Banyak warta yg tersebar pada grup, baik warta yang berfokus ataupun tidak berfokus. Belum lagi banyaknya grup dialog yang kita ikuti. Bisa jadi bagi beberapa orang situasi ini tidak nyaman. Ketika banyak warta yang hadir dalam satu waktu.

Selain kemudahan yang diberikan oleh perkembangan teknologi informasi & komunikasi, terdapat sisi lain yang perlu jadi perhatian, yaitu sirkulasi hoaks pada warga masyarakat.
Mafindo sendiri melakukan inspeksi liputan menurut laporan yang masuk. Terdapat 2.298 hoaks selama tahun 2020.
Dilihat berdasarkan temanya, politik & kesehatan menduduki peringkat 2 terbesar dibanding tema-tema lainnya. (sumber: Litbang Mafindo.
Dilihat berdasarkan saluran peredarannya, FB, WA, & Twitter sebagai lokasi dimana hoaks banyak tersebar. Itulah mengapa krusial bagi kita buat bisa membedakan mana hoaks atau bukan dengan mempunyai kemampuan periksa fakta yang cukup.

Ada beberapa situasi yang perlu kita sadari terkait menggunakan banjirnya informasi ini. Yaitu:
1. Era Post Truth
2. Matinya kepakaran
3. Filter bubble & echo chamber


Era post truth
ditandai dengan ketika suatu liputan diberikan, seorang cenderung tidak menerimanya. Hal ini lebih dikarenakan emosi yang lebih banyak didominasi & keyakinan pribadi. Misal, kita telah percaya dengan si A. Ketika si B memberitahu bahwa terdapat informasi lain mengenai A, kita akan menyangkalnya. Kita telah yakin si A pasti benar dengan apa pun yang disampaikan.
Ada hal lain yang perlu kita sadari, kita semua berada pada gelembung-gelembung grup berita. Misal, aku akan memblokir orang yg tidak sesuai dengan ide & pemikiran aku . Dampaknya buat kita terbatas dalam orang-orang yang satu frekuensi saja.


Matinya kepakaran situasi yang perlu kita waspadai. Banyak orang, terutama masa pandemi, menaruh gagasan tetapi bukan pakar di bidangnya. Misal latar belakang A tetapi menaruh pandangan mengenai bidang lainnya. Atau bukan pakar kesehatan, tetapi merasa paling memahami bidang kesehatan. Kita akan masuk dalam bagian kedua, tentang apa itu hoaks, motif, jenis, karakteristik, & dampaknya.

Ada kata lainnya yaitu filter bubble & echo chamber. Penjelasan terdapat dalam slide.


Hoaks sendiri berdasarkan asalnya telah dipakai abad ke-17. Asal istilah ‘hocus’. Hocus pocus, seperti dengan sim salabim pada sulap. Dari sisi pengertiannya, hoaks merupakan infomasi yang sesungguhnya tidak benar, akan tetapi dibentuk seolah-olah benar.

Mengapa terdapat orang yang percaya hoaks? Banyak alasannya.
Ini beberapa di antaranya:
1. Kemampuan literasi digital & berpikir kritis yang belum merata
2. Polarisasi warga
3. Belum cakap memilah informasi & minimnya kemampuan periksa fakta

Ada tujuh misinformasi & disinformasi yang bisa disimak dalam tautan pada bawah ini.
Misinformasi: informasi salah, penyebarnya tidak memahami jika itu keliru. Umumnya tidak disengaja.
Disinformasi terdapat unsur kesengajaan.

Simak tautan di bawah ini, sumber dari Youtube Mafindo: https://www.youtube.com/watch?v=ojCpsFhmSS0

Berikut model hoaks yg mungkin bapak & ibu pernah dapat. Ada yang namanya satire atau parodi, konten palsu, koneksi yang keliru. Ada banyak alasan seorang mengembangkan hoaks. Salah satunya motif ekonomi. Ada orang-orang yang menciptakan situs tertentu yang isinya provokatif. Ketika orang mengunjungi situs tadi, maka akan menerima laba ekonomi (click bait). Pembuat dapat uang, kita dapat perpecahan, debat, & sebagainya.
Ada banyak motif lain yang perlu kita waspada. Contoh berikutnya konten yang menyesatkan, konten yang keliru, konten tiruan, & konten yang dimanipulasi.

Apa saja ciri-ciri berita hoaks?
Sumber informasi tidak jelas, umumnya bangkitkan emosi, kelihatan ilmiah tetapi keliru, isinya sembunyikan fakta, & minta diviralkan. Mafindo rekomendasikan untuk sumber berita pakai rujukan media andal atau anggota Dewan Pers. Atau sumber berdasarkan forum resmi terkait. 

Apa dampaknya?
Akan muncul perpecahan & saling curiga antara kita. Selain itu ada kebingungan bedakan mana yang hoaks & bukan. Dapat jua menciptakan mati seseorang lantaran terlalu percaya menggunakan kabar yg didapat. Lantaran percaya hoaks akhirnya terlambat penanganan medis. Sekarang kita masuk ke bagian terakhir, bagaimana melakukan periksa liputan singkat. Silakan bapak ibu menonton video ini yah. Ini produksi Tular Nalar berdasarkan situs www.tularnalar.id Video durasi 5 mnt bisa ditonton dalam tautan di bawah ini.

beberapa cara cepat buat periksa liputan. Bisa ditinjau lebih jelasnya dalam paparan. Apabila mendapat warta melalui WA, ini caranya buat cek hoaks. Jika bapak ibu ingin belajar lebih lanjut tentang literasi digital, bisa mengunjingi ke www.literasidigital.id atau www.tularnalar.id Bisa pula ke youtubenya Mafindo supaya memahami hoaks terbaru apa saja.

Ada 3 hal yang perlu dicek fakta: narasi, foto, & video. Kalau bapak ibu mau ikutan sesi training ini, bisa ke sini yah. Kelas Kebal Hoaks (KKH) Mafindo bekerja sama menggunakan Kominfo & Siberkeasi. Gratis & menerima sertifikat. Pelatihan ini lebih detail teknis melakukan periksa liputan. Banyak praktik & latihan. Silakan menghubungi kontak pada layar. Ikuti pula IG @Siberkreasi atau @Turnbackhoaxid

Bahwa hendaklah bijak memakai media digital. Apa yg kita unggah akan tinggalkan jejak. Periksa faktanya dulu. Setiap orang boleh mengungkapkan opini, sepakat atau tidak akan sesuatu. Tetapi, hal yang tidak dilupa gunakan fakta.
Misal: seorang pakai foto tahun 2016, tetapi dibentuk seolah-olah peristiwa 2021. Fakta tahun foto yg keliru ini yg perlu diluruskan. Caranya bagaimana? Atau sanggup ikuti training Kelas Kebal Hoaks nya Mafindo.
Ada beragam tools yang akan dipelajari.
1. Ada beberapa cara sederhana yg sanggup dipakai. Misal kita pakai Google Search Image buat cek sebuah gambar. Untuk berita, lihat situsnya, media andal (anggota Dewan Pers) atau situs abal-abal/gratisan (wordpress, blogspot, dll). Kita sanggup cek pada mesin pencarian, tetapi perhatikan asal link infonya. Apakah andal atau tidak. Untuk video, terdapat beberapa tools, contohnya Invid. Untuk prosesnya, video lebih kompleks. Ada training spesifik untuk ini. Akan diajarkan pada kelas KKH Mafindo.
2. Sikap kita: pertama kenali dulu ciri grup. Kemudian untuk kesepakatan apa yg boleh & tidak buat diunggah pada grup. Saya pikir ini perlu diskusi dengan admin & anggota grupnya. Ada dua hal perlu kita ketahui: 1. Berita, produk jurnalistik, terdapat UU Pers. 2. Hoaks, bukan produk jurnalistik, kaitannya ke UU Ite. Ketika kita menemukan berita (nomor 1) yg dipercaya tidak benar, bapak ibu bisa mengajukan keberatan secara tertulis. Nanti media akan menaruh hak jawab dengan difasilitasi Dewan Pers. Sehingga, apabila ditemukan kekeliruan, media bisa melakukan revisi atas pemberitaannya. apabila angka dua (hoaks) ini arahnya ke UU Ite yg artinya dapat konsekuensi hukum. Konten sanggup dihapus, atau pelaku menerima sanksi hukum. Jadi, tidak ada salahnya bapak ibu mengungkapkan opini atau liputan ke media, apabila dirasa perlu diluruskan.

2 komentar: