Sabtu, 21 Agustus 2021

Kiat Menyusun Buku Secara Sistematis

Resume ke-18

Gelombang 20

Narasumber : Yulius Roma Patandean, S.Pd

Moderator : Bu Kanjeng

Penulis : Saiful Basroni

Tema: Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis


“Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna.”

Pelatihan kelas Belajar Menulis bareng PGRI telah memasuki pertemuan ke-18. Pada pertemuan tersebut kita belajar bareng dengan narasumber hebat dari Tana Toraja. Beliau Bang Roma. Ditemani moderator bersahaja yaitu Bu Sri Sugiastuti atau yang akrab di sapa Bu Kanjeng.

Untuk mengenalan narasumber, lebih detail simak CV melalui link berikut: https://romadean.blogspot.com/2021/01/profil.html.

Narasumber kita pada peretemuan kali ini, selain menjadi penulis beliau merupakan seorang youtuber. Berikut Channel Youtubenya: https://www.youtube.com/c/RomaPatandean

Dalam pertemuan itu narasumber membagikan pengalamannya dalam Menyusun Buku Secara Sistematis sesuai yang ia lakukan selama ini.

Sebelum menyusun naskahnya untuk diterbitkan, beliau berpesan kepada para peserta:

1.    Yakinlah dengan kualitas naskah buku yang telah disiapkan.

2.    Bagaimana pun sederhananya naskah tulisan kita, ia akan memiliki tempat tersendiri di hati pembacanya.

3.    Hindari rasa minder, bahwa naskahnya tidak baik. Pegang prinsip, naskah buku yang ada sangat baik untuk diterbitkan.

Dengan demikian, akan ada rasa percaya diri dan kepuasan dalam melakukan pengeditan dan penyusunan naskah buku yang sistematis.

Cara Menyusun Buku Secara Sistematis. Silahkan disimak pada video-video berikut.




Bagi para sahabat yang tertarik menerbitkan buku di Penerbit ANDI, sebaiknya naskah buku dibuatkan indeks. Berikut cara membuat indeks:


Supaya penulis terbiasa dengan penyusunan naskah sistematis ini, maka narasumber menitip untuk CLBK. Yaitu Coba, Lakukan, Biasakan, dan Konsisten.

Narasumber mengungkapkan “Memulai sesuatu tentunya tidak mudah. Sama halnya dalam mengumpulkan percikan-percikan naskah buku, demikian pula dalam mengedit dan menyatukan percikan naskah kita.

“Biarkan saja percikannya menyebar sana-sini di laptop, ketika dinikmati penyusunannya akan menghasilkan karya yang luar biasa.

Trik yang digunakan supaya bisa cepat selesai dalam mewujudkan 1 buku yang menjadi tantangan.

Triknya adalah fokus. Jika target saya menerbitkan buku minggu depan, maka minggu ini harus tuntas. Saya masih memegang titipan tips dari Prof. Eko, yakni maksimal menulis di akhir pekan, hari Sabtu dan Minggu.

Narasumber menambahkan, “Satu lagi...maksimalkan kemampuan yang dimiliki, pantang mundur jika naskah tidak terbit. Naskah terbit memberi kebahagiaan tidak ternilai untuk sejarah hidup kita”.

Dalam Menyusun buku narasumber tidak pakai sub judul. Strategi beliau adalah menulis naskah sebanyak-banyaknya. Judul dan sub judul kemudian ia rancang belakangan.

Mengapa memilih strategi itu? Karena beliau berpikir, seolah terbatasi jika harus menyiapkan judul terlebih dahulu. Urutan BAB dan sub judul baru di sesuaikan ketika melakukan proses pengeditan.

Satu lagi, biasakan koleksi foto lewat kamera handphone. Karena itu adalah salah satu master informasi .

Rangkuman dari tanya jawab peserta.

·         Bagaimana  cara menjaga konsistensi dalam menulis?

“Sebagai guru, apalagi masa pandemi, pekerjaan tiada habisnya. Konsistensi saya pelihara dengan menyiapkan hari khusus untuk menulis, fokus di hari Minggu untuk menyatukan percikan tulisan, jika kepepet waktu untuk penyelesaian naskah, maka saya mengedit, menambah dan melengkapi naskah setiap malam. Sejak saya mengikuti pelatihan ini, jam tidur saya paling cepat jam 11 malam Waktu Indonesia Tengah”.

·         Apa kendala yang bang Roma temui dalam proses menulis hingga jadi buku dan apa solusinya?

“Kendala utama adalah *Manajemen Waktu. Solusinya adalah memisahkan waktu antara bekerja, kegiatan masyarakat dan kuliah. Jangan pernah menunda untuk menuliskan ide untuk naskah buku”.

“Satu prinsip yang beliau pegang adalah Jangan menulis karena kebutuhan naik pangkat (bagi guru PNS), jika ini dipegang tentu motivasi dan niat menulisnya kurang power. Terkait Channel YouTube, sebenarnya YouTube ia buat untuk melayani siswa-siswa yang belajarnya tertunda selama program belajar dari rumah. Dan kondisi ini masih berlangsung sampai sekarang. Hampir semua tatap muka pembelajarannya, tersimpan di YouTube sejak tahun lalu hingga hari ini”.

·         Dalam menulis latar belakang sebuah buku, apakah lazim jika diawali dengan kalimat tanya (pertanyaan retorikal)?

“Why not? Tentu bisa. Justru ini bisa menggelitik pembaca. Bagi saya, itu adalah sebuah kekhasan dan karakteristik seorang penulis. Menawarkan sebuah hal yang baru tentunya memuaskan pembaca”.

·         Apakah ada ketentuan/ minimal jumlah bab dalam menulis  sebuah buku?

Untuk menulis buku non fiksi, minimal 5 BAB. Seperti yang kita ketahui standar penerbitan buku adalah 40 halaman versi UNESCO, kertas A5, ukuran font 12, Times New Roman. 5 BAB dengan masing-masing 20 halaman isi akan menghasilkan satu buku dengan ketebalan isi 100 lembar. Dan sebaiknya buku tidak terlalu tipis agar ikut juga memuaskan penerbit.

·         Selain menulis kelengkapan buku secara sistematis, apa keuntungan lain dari menyusun naskah buku secara otomatis tersebut?

“Sebenarnya tergantung kebiasaan menulis saja. Namun, dari pengalaman pribadi, dengan membuat otomatis, jauh menghemat waktu, terutama jika memindahkan bagian naskah dari satu bab ke bab lainnya”.

“Membuat otomatis juga sebenarnya turut membantu bagian penerbit, karena naskah kita rapi mulai dari lembaran pertama hingga bagian Sinopsis”.

·         Bagaimana cara mengatasi rasa kecewa manakala naskah yang dianggap baik ternyata ditolak, lalu apa solusi yang harus dilakukan?

“Belajar pada pacaran. Jika cinta pertama ditolak, yakinlah masih banyak peminat. Kata Seorang aktor di sinetron Dunia Terbalik, Cinta akan menemukan jalannya. Demikian halnya dengan buku. Jika satu dua penerbit mayor belum jatuh hati pada naskah, mungkin niche mereka belum ketemu dengan naskah kita. Cobalah menawarkannya ke penerbit Indie. Bagi saya tidak ada kata kecewa dalam menulis. Untuk melepaskan penat menulis, telah hadir penerbit Indie yang berkenan memberikan jejak keabadian kita di dunia literasi.

·         Setelah membaca CV Pak Roma (dapat menghasilkan 5 karya buku dalam setahun). Apa kiat khusus yang dapat ditularkan kepada kami agar dapat mengikuti jejak bapak?

“Kiatnya: CLBK 😁 (Coba, Lakukan, Biasakan, dan Konsisten).”

·         Diantara ke 2 buku ini (buku non fiksi dan buku fiksi) jika anda dihadapakan untuk menulis buku maka buku mana yang anda pilih, alasannya?

“Dari hati yang paling dalam, saya memilih non fiksi. Buku non fiksi mudah ditulis. Sumbernya tak terbatas, tanpa melalui dunia khayalan. dari aktifitas mengajar bisa dibukukan, pengalaman jalan-jalan, kuliner hingga memoar, dll.”

·         Apa saja  yang harus dituliskan dalam sinopsis agar orang lain dapat tertarik dan mau membaca serta membeli buku kita?

“Sinopsis, isinya adalah ringkasan buku, dan kepada siapa pembaca buku itu ditujukan, apakah masyarakat umum atau terbatas ke kalangan tertentu seperti mahasiswa, guru, dosen, dll.”

“Itulah kiat saya dalam menulis. Selebihnya, miliki sebuah motivasi bahwa harus menerbitkan naskah buku melalui tetesan keringat saya. Biarkan emosi itu tercampur dalam buku perdana yang akan diterbitkan. Pada buku perdana akan ada rasa capek, galau, pusing, kecewa dan niat untuk menyerah. Pastikan naskah buku perdana terbit. Cukup di penerbit Indie.

Selanjutnya, rasakan sensasinya, bahwa Anda sudah mencatatkan nama pada keabadian (mengutip pak haji Thamrin Dahlan 😊). Terkait jumlah naskah yang saya terbitkan, mungkin ada hubungannya dengan masa pandemi. Kurangnya kegiatan tatap muka di kelas memberi saya kebiasaan baru.

Jadi, menulislah dengan niat yang mulia bahwa harus ada jejak literasi yang ditinggalkan sebelum sang pencipta memanggil. Tidak ada kecewa dalam menulis, namun sesungguhnya yang ada adalah kepuasan bathin. Jangan pernah berhenti menulis. Menulislah selagi mampu.

Teguhkan niat kita untuk menjadi penulis yang hebat. Konsisten belajar, maka mimpi akan terkejar.

"Syarat untuk menulis ada tiga yaitu: menulis, menulis, dan menulis." (Kuntowijoyo)


KUTAI KARTANEGARA


6 komentar: