#SBPC 4
Setiap orang tentu menginginkan keluarga bahagia (Happy Family). Tidak ada seorangpun menginginkan kehancuran dan kepedihan dalam hidup berumah tangga. Jangankan hidup berumah tangga. sedangkan dalam melakukan peejalanan atau travelling saja, semua manusia menginginkan sebuah perjalanan yang lancar, selamat dan bahagia. Setiap kali ada kerabat ataupun rekan yang mau melakukan perjalanan serig kita berdo'a "Semoga selamat sampai tujuan".
Didalam suatu perjalanan, bukan semata-mata "sampai tujuan" yang menjadi harapan. Namun ada keselamtan dalam sepanjang perjalan hingga mencapai suatu tujuan. ada kenyamanan, kelancaran, dan kebahagiaan. Bahkan hal itu lebih penting apabila menempuh perjalanan yang memakan waktu lama dan berjarak yang jauh.
Realitas dari suatu perjalanan, terkadang ada saja ynag menjadi hambatan atau ujian. Walaupun kita sudah berbekal sebanyak mungkin, sudah memahami peta perjalanan dengan baik, tetap akan bertemu berbagai rintangan dan hambatan. Maka dari itu sangat penting untuk terus menerus menambah perbekalan yang diperlukan di sepanjang perjalanan, agar mampu melewati rintangan, hambatan yang terkadang diluar diguaan kita.
Bahagia Bukan Tujuan Akhir
Dalam hidup berumah tangga, bahagia bukanlah merupakan tujuan akhir. Jika bahagia menjadi tujuan akhir maka manusia akan melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Seperti gambaran sebuah perjalanan atau travelling, jika bahagia itu dijadikan tujuan akhir yang hendak dicapai dari perjalanan tersebut. maka orang tidak peduli dengan kondisi perjalanan. Mungkin seseorang akan menyerobot, ugal-ugalan, dan tindakan apapun demi cepat mencapai tujuan.
Bahagia itu sejatinya merupaka suatu kondisi atau keadaan, bukan meupakan tujuan. Dalam sebuah perjalanan, kita bisa merasakan kebahagiaan disepanjang jalan. Tidak Pperlu menunggu sampai tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan. Misalnya kita perjalanan dari Surabaya ke Jakarta, tidak perlu menunggu tiba di Jakarta untuk bahagia. Kita bisa bahagia sejak masih di Surabaya. Kita bisa bahagia selama di perjalanan. Kita bisa bahagia ditengah kemacetan. Kita bisa bahagia ketika sudah tiba di Jakarta. Tidak ada yang perlu ditunggu untuk bisa bahagia.
Happy Family, Bukan Mimpi
Sebagian orang yang dalam kehidupan rumah tangganya merasakan kegetiran, mereka beranggapan happy family hanyalah mimpi. Seakan-akan happy family hanyalah dongeng yang tak pernah terjadi di kehidupan nyata. Pemikiran dan perasaan seperti itu muncul karena mereka mengalami ketidakbahagiaan tersebut. Mereka tengah berada di suasana rumit dan pelik, yang semakin ingin keluar darinya, justru semakin membawa mereka lebih dalam ke dalam sumur ketidakbahagaan tersebut.
Sebagian yang lain, menganggap happy family hanya mimpi, karena terpapan informasi atau berita tentang banyaknya prahara rumah tangga. Dengan derasnya data dan infomrmasi di media terkait persoalan hidup berumahtangga, seakan-akan membenarkan kepercayaannya bahwa happy family hanya mitos belaka. Happy Family itu realitas yang bisa dirasakan dan dilihat dalam kehidupan keseharian, bukan di negeri khayalan.
Apabila diluar sana data menyebutkan 15% dari seluruh pernikahan di Indonesia berujung perpisahan, cobalah lihat sebaliknya. Berarti ada 85% keluarga yang kondisinya baik-baim saja. Apabila diluar sana ada yang menginformasikan 10% keluarga di Indonesia tidak bahagia, berarti ada 90% keluarga dengan kondisi bahagia.
Nah, inilah yang harus fokus kita lihat. Kita harus lebih objektifmemahami sebuah data.Hal tersebut agar tidak menutupi pandangan kita akan realitas bhwa happy family itu nyata adanya. Bahwa pernikahan yang mengalami bencna memang ada, tetapi dalam jumlah yang terbatas. Yang menjadi realitas keseharian adalah sebagian besar keluarga akan bisa menikmati happy family , apabila mereka pandai melewati semua dinamika di sepanjang perjalanan hidup berumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar