Resume ke-4
Gelombang 20
Narasumber : Noralita Purwa Yunita, M.Pd
Moderator : Aam Nurhasanah, S.Pd
Penulis : Saiful Basroni, S.Pd
Tema : Menulis Buku dari Karya Ilmiah
"Menulis merangsang pemikiran, jadi jika kamu tidak bisa memikirkan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis." (Barbara)
Pada malam itu suasana pelatihan berbeda dengan malam-malam biasanya. Ditengah berjalannya kuliah online belajar menulis bareng Om Jay terdengar suara gema takbir berkumandang bersahut-sahutan dari masjid dan surau yang ada disekitar tempat tinggal saya. Pada malam itu kita memasuki pertemuan ke 4.
Moderator pada pertemuan tersebut adalah seorang wanita ceria nan ramah dan juga wanita inspiratif yaitu ibu Aam Nurhasanah. Sedangkan sebagai narasumber yaitu Ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd dengan tema “Menulis Buku dari Karya Ilmiah”.
Moderator membuka kelas dengan ucapan salam dan sapaan hangat kepada para peserta pelatihan Kemudian dilanjut dengan memperkenalkan narasumber. Moderator dan narasumber dulu merupakan peserta kelas belajar menulis bareng PGRI dan Om Jay di gelombang ke 8. Keduanya juga tergabung dalam.
Pembuatan buku antologi gelombang 8 di mana Bu Nora yang mengedit naskahnya. |
Bu Nora adalah salah satu peserta yang bukunya tembus ke penerbit mayor PT Andi Offset.
Selanjutnya modertaor mengirimkan link CV dari narasumber: klik
Berbicara masalah karya ilmiah, tentunya sebagi seorang guru pasti kita pernah membuat karya ilmiah. Apa itu Karya Ilmiah?
Bagi yang lulusan S1, pasti pernah berjuang dengan yang namanya skripsi. Bagi yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2, akan meningkat lagi jenis karya ilmiahnya yaitu membuat tesis.
Setelah menjadi guru, kita diberikan tuntutan untuk membuat satu jenis karya ilmiah lagi yakni PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
Bagi mereka yang sedang kuliah S1, S2 atau S3 membuat karya ilmiah tujuannya hanya untuk memenuhi persyaratan agar dapat lulus dan mendapatkan gelar, setelahnya jika sudah disidangkan atau telah dilakukan penilaian, KTI tersebut sudah pasti dibiarkan tergeletak begitu saja di rak Perpustakaan atau bahkan di gudang.
Dari sini kita dapat melihat bahwa manfaat Karya ilmiah hanya sebatas untuk.memenuhi tuntutan tertentu saja. Sama halnya bagi yang sedang atau sudah pernah menulis PTK ataupun best Practice, setelah laporan PTK dibuat, dikumpulkan ke penilai angka kredit, laporan tersebut biasanya hanya akan disimpan oleh penulis sendiri. Jika beruntung, laporan PTK itu bisa terpajang di perpustakaan sekolah.
Padahal, perjuangan untuk membuat dan menyelesaikan KTI tersebut, tentu tidak sedikit pengorbanan yang harus dikeluarkan, baik materi, waktu, atau bahkan psikis. Bahkan ada sebagian orang yang menyelesaikan KTI tersebut sampai menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Narasumber mengatakan “Lantas dengan perjuangan yang begitu berat dan panjang tersebut, apakah rela jika hasil perjuaangan tersebut hanya berakhir di rak perpustakaan saja? dan tentu tidak bisa bermanfaat bagi khalayak yang lebih luas!!”
Dari paparan pernyataan dan juga pernyataan dan yang diungkapkan narasumber, membawa kita memngingat banyak perjuangan-perjuangan kita untuk dapat menyelesaikan KTI tersebut. Sungguh benar apa yang dikatan narasumber, bahwa sangat disayangkan apabila KTI tersebut hanya tergeletak begitu saja tanpa ada manfaatnya untuk khalayak ramai.
Padahal didalam KTI tersebut sudah pasti memuat data atau temuan-temuan serta informasi-informasi penting yang dapat dimanfaatkan sebagai pemecahan masalah atau persoalan yang ada di lapangan.
Bagaimana solusinya?
Solusinya agara tulisan tersebut dapat memberikan manfaat bagi banyak orang , yaitu dengan cara mengubahnya menjadi BUKU
Manfaat merubah karya ilmiah menjadi BUKU:
1. Dapat dibaca oleh masyarakat awam
2. Buku dapat diperjualbelikan, jadi ada keuntungan material yang dapat kita peroleh
3. Bagi bapak ibu ASN, buku dapat dijadikan publikasi ilmiah yang dapat menambah poin angka kredit. Jadi selain mendapatkan poin AK dari laporan PTK, juga akan mendapatkan poin dari publikasi ilmiah berupa buku tadi. Sekali dayung 2 pulau terlampaui.
4. Jika buku banyak yang membaca, banyak yang membeli, ada kemungkinan nama kita sebagai penulis akan dikenal oleh banyak orang, ini juga merupakan keuntungan tersendiri
5. Ilmu yang ada, dapat tersebar bebas tanpa sekat jika sudah diubah menjadi BUKU
CARA MENGUBAH PTK MENJADI BUKU:
1. Ubah judul KTI atau PTK kita menjadi judul populer.
Judul KTI VERSI BUKU hanya berfokus pada objek penelitian saja. Hilangkan materi, subjek, tempat penelitian.
Narasumber memberikan contoh
JUDUL TESIS
“Pengembangan modul berbasis riset pada materi reaksi redoks untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa kelas X SMA”.
Ketika diubah menjadi JUDUL BUKU
“Kiat menulis modul berbasis riset”.
Dapat dilihat dari contoh judul ini, objek/fokus penelitian Tesis terletak pada pengembangan / pembuatan modul, jadi ketika diubah menjadi judul BUKU, sesuaikan dengan fokus penelitian itu.
Tinggal menambahkan kata : KIAT, JURUS, STRATEGI, CARA SUKSES atau yang lainnya.
2. Ubah bab I (pendahuluan) pada KTI menjadi bab I buku
Namun, disini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
A. Hapus rumusan masalah
B. Hapus definisi operasional
C. Hapus manfaat penelitian
Kita dapat mengisi bab I ini dengan memasukan permasalahan pembelajaran secara umum, alasan menggunakan metode/media/model pada pembelajaran, atau materi pelajaran yang kita teliti
3. Bab II dan seterusnya pada KTI versi buku dapat diambil dari pengembangan kajian teori pada bab II KTI asli.
Sebagai contoh bab 2 KTI yang merupakan landasan teori berisi
2.1. hasil belajar
2.2. media pembelajaran
2.3. Modul
2.4. metode pembelajaran
2.5 pembelajaran berbasis riset
Nah ketika menjadi buku dapat dibuat menjadi beberapa bab yaitu
Sub bab 2.1. hasil belajar menjadi bab 2 buku
Bab 2 TEORI BELAJAR
2.1. belajar
2.2. permasalahan dalam pembelajaran
2.3. Hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Sub bab 2.2. media pembelajaran menjadi bab 3 buku
Bab 3 MEDIA PEMBELAJARAN
3.1. Pengertian media
3.2. jenis media
3.3. manfaat media
Sub bab 2.3. modul menjadi bab 4 buku
Bab 4 mengenal modul
4.1.pengertian modul
4.2. karakteristik modul
4.3.sistematika modul
4.4. kelebihan modul
Dan seterusnya hingga sub bab dalam bab 2 selesai...
Dengan demikian hanya dari bab 2 KTI saja, bapak ibu sudah dapat menuliskan/ mengubahnya menjadi beberapa bab dalam buku
4. Bab V dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan.
A. Kita dapat memasukkan hasil penelitian KTI ke dalam buku kita. Ini dapat diawali dengan kata pengantar "pada bab ini merupakan uraian dari hasil penelitian".
B.Hilangkan semua kata Penelitian/ laporan PTK, laporan skripsi dan lainnya yang biasanya ada di karya ilmiah
C. Boleh menampilkan grafik tetapi jangan terlalu banyak. Cukup grafik yang penting saja. Grafik lain yang tidak ditampilkan, ubah dalam bentuk kalimat
5. Secara kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan.
Susunan dan gaya tulisan bebas terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing. Semua sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literatnya penulis maka akan semakin oke buku yang dia tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah kita diubah menjadi buku
6. Berikanlah ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan penelitian yang anda lakukan agar pembaca yakin bahwa anda benar-benar telah melakukan penelitian tersebut
7. Daftar pustaka boleh menggunakan blog namun situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book,,atau karya ilmiah lainnya
JANGAN gunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dll
8. Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan Dengan aturan Penerbit
Kita harus mengubahnya sesuai dengan aturan yang ada sehingga KTI versi buku tidak akan sama struktur dan isinya dengan KTI aslinya. Dengan demikian, membuat buku dari karya ilmiah BUKAN BERARTI HANYA mengubah cover dan judul saja sementara isi sama persis dengan KTI yang sudah kita punya. Itu merupakan suatu kesalahan karena jika seperti itu akan menjadii self plagiarisme untuk karya kita.
Supaya karya ilmiah kita memiliki manfaat yang lebih, maka dapat diubah ke dalam bentuk buku. Fungsinya agar dapat dibaca oleh para pengajar lainnya. Ini lebih baik daripada berbagi file laporan karya ilmiah kita. Jika karya ilmiah kita dibukukan, selain memberikan manfaat dalam berbagi ilmu, buku karya ilmiah karya kita juga akan memiliki ISBN. Ini sangat penting dan mungkin dibutuhkan bagi pengajar untuk menambah nilai angka kredit. Selian itu, karya kita juga tidak akan lekang oleh waktu tentang kebermanfaatannya.
Pasti banyak orang yang memiliki karya ilmiah dan tak sadar sebenarnya itu bisa dibuat buku solo contohnya ya saya sendiri. Baru tahu ternyata KTI bisa diterbitkan menjadi buku.
Dimalam yang penuh dengan Rahmat itu kita bisa mendapat nikmat ilmu dan sharing yang sangat bermanfaat dari narasumber. Selanjutnya inggal kita tinggal belajar dan menerapkan ilmu dari narasumber
Diakhir pertemuan narasumber memberikan kutipan motivasi kepada peserta. “Terus belajar, belajar terus, semangat guru pembelajar. Abadikan diri kita lewat tulisan karena meskipun kita sudah tiada, karya kita tetap abadi selamanya.”
Saya sebagai penulis pemula sangat bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada Om Jay dan Tim yang sudah menegnalkan saya kedalam pelatihan ini. Semoga kebaikan Bapak-Ibu semua mendapatkan berkah melimpah dari Allah. Dan semoga saya selalu semangat dalam belajar dan terus belajar sehingga suatu saat nanti mimpi saya untuk menerbitkan buku bisa terealisasi.
"Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi." (Helvy Tiana Rosa)
KUTAI KARTANEGARA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar